• slide nav 1

    Salim Business Group

    Kehidupan terbaik yakni hidup sukses bahagia dan berkah ...
  • slide nav 2

    Ekselensia Training

    Membangun pelatihan yang terbaik dan terpercaya sebagai sarana percepatan dalam mencapai kehidupan terbaik...
  • slide nav 3

    Impian Hari Ini...

    Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok
  • slide nav 4

    Trainer

    Lima Level Trainer...
  • slide nav 5

    Alasan!

    Sembilan puluh sembilan persen kegagalan datang dari orang yang punya kebiasaan suka membuat alasan ...
  • slide nav 6

    Memulai Usaha

    Tiga Langkah Menuju Bisnis yang Sukses...

Selamat Datang di Website Salim Business Group

"Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tapi oleh visi kita.” Jonathan Swift (1667—1745), pengarang dan sastrawan Irlandia"

Delete this element to display blogger navbar

Pesan Nabi Saw kepada Anak

Diposting oleh Salim Business Group di 01.20
Pesan Nabi Saw kepada Anak

Inilah pesan Nabi Saw kepada Ibnu Abbas r.a., seorang sahabat Nabi Saw. Ketika itu Ibnu Abbas masih kecil dan sedang beranjak besar. Tetapi Nabi Saw mengajarkan kepadanya nasihat-nasihat yang apabila kita memeganginya dengan kokoh, meski kita sudah bukan anak-anak lagi, niscaya akan tumbuh penjagaan dalam diri kita sendiri. Kita berhati-hati dalam bertindak bukan karena khawatir terhadap mata yang memandang dan telinga yang mendengar dari manusia yang ada di sekeliling kita, melainkan karena yakin bahwa ke mana pun menghadapkan wajah, di sanalah ada Wajah Allah.

Agar dapat merasakan bagaimana pesan Nabi Saw kepada anak kecil, mari sejenak kita perhatikan dengan saksama pesan yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi berikut ini. Nabi Saw bersabda:

“Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering.” (H.r. at-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain, Nabi Saw bersabda:

“Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan.”

Ibnu Rajab al-Hanbali menulis secara khusus syarah (ulasan komentar) atas hadis ini dalam satu buku khusus. Saya tidak menceritakan panjang lebar pada kesempatan kali ini. Saya hanya ingin menyampaikan tentang betapa perasaan bertauhid yang dengan itu membangkitkan muraqabah (perasaan diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) akan tumbuh dengan kuat apabila kita memulainya dari awal. Kita bangkitkan pada diri mereka keyakinan bahwa setiap perbuatan baik, sekecil apa pun, akan dihitung oleh Allah sebagaimana tak ada perbuatan buruk yang luput dari pencatatan. 

Keyakinan ini kalau kita tanamkan dengan kokoh sedari kecil, akan melahirkan semangat untuk berbuat baik tanpa menunggu tepuk tangan dan kata-kata sanjungan yang membanggakan hati. Sayangnya, kita sering lupa menyampaikan nasihat ini, bahkan terhadap diri kita sendiri. Sementara, ketika mengingatkan, pesan itu kerap kita sampaikan dengan cara yang kering dari makna dan penghayatan, sehingga hanya menjadi bahan hafalan.

Hari ini, betapa sering kita mengobarkan kebanggaan pada diri betapa hebat mereka seraya memberi tepuk-tangan setiap kali mereka melakukan sesuatu yang tampak mengesankan. Sesaat bisa menggelorakan semangat, tetapi secara jangka panjang justru melemahkan daya tahan mereka untuk memperjuangkan iman tatkala manusia tak memberi dukungan. Mereka tak siap menghadapi celaan karena kita tidak menyiapkan mereka untuk berjuang. Mereka mendahulukan ridha manusia daripada ridha Allah 'Azza wa Jalla.

Astaghfirullahal 'adziim. Orangtua seperti apakah kita ini...? Ataukah kaki kita lebih dekat ke neraka daripada ke surga-Nya? Na'udzubillahi min dzaalik.

Ingatkanlah saya.

sumber : Pages M. Fauzil Adhim

0 komentar :

Posting Komentar

 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More