Mendahulukan Surga
Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Begitu Allah berpesan dalam Al-Qur`an. Quu anfusakum wa ahlikum naara. Jagalah, agar tak ada dari anggota keluarga yang tersentuh api neraka, meski hanya ujungnya. Raihlah tangannya, meski dengan paksa, dan ajaklah mereka memasuki surga-Nya yang lebih luas dibanding hamparan tujuh langit dan tujuh Bumi.
Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!
Rawatlah mereka agar tidak tersentuh oleh perkara-perkara yang merusakkan aqidah mereka. Dari hal-hal yang membuat mereka lebih percaya pada kekuatan benda-benda daripada memercayai penciptanya, sementara benda-benda itu tak memiliki kesanggupan sedikit pun untuk mengubah dirinya sendiri. Dan betapa banyak di sekeliling kita peluang-peluang yang dapat membawa kita lebih takut kepada cincin yang kita kenakan, sehingga berhati-hati dalam memakainya dan meletakkan penghormatan yang tinggi kepadanya. Sementara kepada yang menciptakan jari-jemari kita, yang dengan itu cincin indah bisa menghiasi, kita melupakannya.
Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!
Jagalah mereka mereka dari ucapan-ucapan yang membuat mereka lebih percaya pada diri sendiri daripada kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Orang yang kuat imannya tidak mudah putus asa dan senantiasa berani menghadapi tantangan, bukan karena percaya diri yang tinggi, tetapi justru karena keyakinannya yang sangat kuat bahwa tiada daya dan upaya selain semata karena Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka yakin bahwa Allah Ta’ala amat dekat dan senantiasa memberi pertolongan, sehingga mereka tak gentar menghadapi kesulitan.
Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!
Kadang orangtua merasa lemah terhadap apa yang membuatnya merasa kasihan, padahal itu akan menjerumuskan anaknya kepada neraka yang paling dalam. Mereka merasa sayang kepada anaknya; sayang sesayang-sayangnya. Padahal, orangtua semacam inilah yang sangat kejam. Mereka tampak mencintai anaknya. Padahal, sesungguhnya sangat tega terhadap penderitaan tanpa akhir tanpa ujung ketika neraka membakar; yang nyalanya sampai ke ubun-ubun dan bahan bakarnya dari batu dan manusia.
Sebagian orangtua membiarkan anaknya mendekati kekafiran dikarenakan ingin mencari ridha manusia. Mereka lupa bahwa wajah-wajah manusia yang mereka takuti dapat binasa kapan saja, jika Allah menghendaki. Mereka lupa bahwa wajah-wajah yang mereka harapkan ridhanya itu tidak dapat menolong diri mereka sendiri ketika badan sudah rapuh, tubuh telah rentah dan pikiran sudah dimakan usia. Mereka khawatir terhadap rezeki yang terputus, sementara kepada Yang Menciptakan Langit dan Bumi ini mereka tidak mengingatnya. Atau bahkan mungkin mereka tidak mengenalnya, hingga kelak mereka terperangah ketika Bumi dilipat dan langit digulung. Ketika itu semua terjadi, manusia berlari mencari perlindungan. Tetapi, perlindungan siapakah yang lebih baik daripada perlindungan Allah?
Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.
Jagalah! Kecuali jika engkau telah meletakkan dirimu sebagai musuh yang nyata bagi anakmu! Sebagian orang merasa ringan dengan keimanan yang mereka miliki, sementara keluarganya dibiarkan tersesat dalam kekafiran. Atas nama nurani dan hidayah, mereka meridhai keburukan yang nyata. Mereka merasa aman dengan dirinya karena menganggap ibadah mereka akan dapat membawa ke surga! Padahal, tidaklah kaki bergeser dari mahkamah Allah, kecuali setelah kita mempertanggungjawabkan hidup kita, diri kita dan keluarga kita kepada Yang Memberikan Amanah, yakni Allah ‘Azza wa Jalla.
Maka, apakah yang masih dapat engkau pergunakan sebagai alasan untuk menuduh Tuhanmu? Engkau berdiri seakan menghormatinya. Tetapi ketika kekafiran engkau biarkan tanpa upaya untuk mematuhi apa yang diperintahkan-Nya, maka sejak kapankah engkau berhak mengatakannya sebagai takdir?
Sungguh, berhati-hatilah dalam menisbahkan kata, perbuatan dan sifat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Boleh jadi ada perkataan yang tampak bagus, tetapi di dalamnya terdapat perkara-perkara yang merusak iman.
Wallahu a’lam bishawab.
M.Fauzil Adhim
0 komentar :
Posting Komentar